Selain inovasi kepondokan yang diterapkan di MTsN 2 Ponorogo, Emil juga memuji bagaimana madrasah ini menjalin kerjasama untuk implementasi kurikulum Internasional seperti dengan Universitas Cambridge.
“Standar sekolah dan perguruan tinggi yang bonafid seperti ini tentu membawa dampak positif untuk kita. Tentu kita bukannya mengakui bahwa pendidikan sana lebih superior, tapi ini bentuk kerjasama untuk mendapatkan perspektif global yang lebih luas,” jelasnya.
Menurut mantan Bupati Trenggalek tersebut, inovasi-inovasi seperti ini bisa menjadi salah satu solusi untuk permasalahan yang dihadapi anak-anak muda. Yang mana, 14% lulusan sarjana baik luar maupun dalam negeri masih menjadi pengangguran.
“Anak-anak muda hari ini banyak yang galau karena tidak tahu setelah lulus mau ke mana. Kalau mereka diberi bekal di Ma’had dengan implementasi kurikulum seperti Cambridge, saya pikir ini akan membawa perubahan,” ucapnya.
“Pasti berbeda. Mereka yang punya pengalaman berasrama dengan segala dinamika dan kemandiriannya akan sangat kontras dengan yang tidak punya itu. Pengalaman seperti ini yang akan menyiapkan mereka untuk dunia luar, baik untuk dunia pekerjaan maupun wirausaha,” lanjutnya.
Di akhir, Emil berpesan kepada para guru untuk senantiasa belajar. Sebab, ilmu dengan titel setinggi apapun akan cepat usang tanpa upgrade terus-menerus.
“Sekarang ini, guru bukanlah orang yang lebih pintar dari murid. Yang membedakan kita adalah jam terbang dan jiwa membimbing. Guru yang baik adalah mereka yang memfasilitasi pelajaran yang aktif. Makanya, saya harap para guru bisa terus upgrade agar MTsN 2 Ponorogo ini dapat terus mencetak banyak alumni hebat seperti Wakil Bupati Trenggalek, Mas Syah Muhammad Natanegara,” pesannya.(hd)