Kondisi Afrika Selatan
Isu Omicron itu membuat dinamika Covid-19 di Afrika Selatan menjadi perhatian dunia. Media di Afrika Selatan melaporkan, ribuan pasien yang terindikasi terserang Omicron mengeluhkan mual, sakit kepala, kelelahan, dan denyut nadi yang tinggi, tetapi tampaknya tidak ada yang mengalami anosmia (kehilangan rasa atau penciuman) seperti yang terjadi pada Covid-19 lainnya. Tak banyak pula ditemui kasus sesak nafas yang akut.
“Gejalanya amat berbeda, lebih ringan, mild, dibandingkan Covid-19 sebelumnya,” kata Dr. Angelique Coetzee, seorang dokter terkenal di Johannesburg, kepada pers. Kementerian Kesehatan Afsel juga mengonfirmasikan, angka kematian (fatality rate) yang diakibatkan pun tak signifikan, termasuk di Johannesburg. Angka kematian akibat Covid-19 di Afsel secara nasional tetap melandai di level 20-30 orang per hari hingga akhir November ini.
Dengan daya infeksinya yang tinggi tapi patogenitasnya rendah, menurut viroloh Belgia Marc van Ranst, sebagaimana dikutip banyak media di Eropa, justru membuat Omicron bisa berguna untuk menyingkirkan varian Delta yang sangat berbahaya. “Dengan daya infeksinya yang besar, Omicron bisa menyerang banyak orang seraya menyingkirkan Delta. Hal itu sangat mungkin,” katanya.
Namun kalangan saintis tetap menyerukan kewaspadaan kepada Omicron. Surveilans dilakukan di seluruh dunia untuk menemukannya dan mempelajari dampak serangannya. Masih terlalu sedikit data ilmiah yang bisa digunakan untuk menyusun diskripsinya secara lengkap.